Senin, 20 Oktober 2014

Penelitian Pura Dalam Karang Jangkong Di Lombok


TUGAS TATTWA
Pura Dalem Karang Jangkong
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
                            Nama           : Ni Kadek Ayu Meivi Sudarsini
                            Nim              : 121 111 01
                            Jur / smstr   : Pendidikan Agama Hindu/ IIIA

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA
MATARAM
2013






KATA PENGANTAR
Om swastiastu
Om awigenam astu nama siwa budaya
Atas asung kherta wara nugraha ida sang hyang widhi wasa. Bahwasanya saya telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pura Dalem Karang Jangkong di Kecamatan Cakranegara, walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang saya hadapi, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Ida Shang Hyang Widhi Wasa, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Walaupun demikian, sudah barang tentu makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan saya. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak saya harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi.
Harapan saya semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Sebagai ucapan terakhir saya aturkan parama santhi
Om shanti shanti shanti om









BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata pura berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti kota atau benteng yang artinya tempat yang di buat khusus dengan di pagari tembok menandakan kontak dengan kekuatan suci. Pura yang berfungsi sebagai tempast suci untuk pemujaan untuk Sang Hyang Widhi Wasa berserta manifestasinya dan roh suci leluhur. Pura disebut juga kahyangan yaitu replika atau bentuk tiruan dari sthana sejati Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai manifestasinya. Berbagai jenis pura dalam pengertian sebagai tempat suci untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, Dewa Dewi, Bhtara Bhtari dan dapat dikelompokan berdasarkan fungsinya:
1.        Pura yang berfungsi sebagai tempat untuk memuja Sanghyang Widhi, para Dewata.
2.        Pura yang berfungsi sebagai tempat untuk memuja Bhatara yaitu roh suci leluhur.
            Selain pemilihan tempat, maka dalam pembangunan pura juga didasarkan atas falsafah satyam-siwam-sundaram, yaitu kebenaran (Satyam), kesucian (Siwam), dan keasrian atu keindahan (Sundaram). Untuk  tetap tegaknya falsafah Satyam- Siwam- Sundaram ini maka di tugaskanlah seorang atau beberapa orang Pinandita atau Pemangku yang bertugas merawat dan manata upacara yajna di pura itu. (Pedoman Pembangunan Tempat Ibadah;6-8;2009)
            Selain hal di atas, yang perlu di perhatikan dalam pendirian tempat suci adalah struktur pura, dimana yang dimaksud adalah struktur secara fisik bukan struktur secara funfsional. Pembagian halaman pura sangat bervariasi, ada pura yang terdiri dari 1 halaman, 2 halaman, 3 halaman dan 7 halaman. Yang lumrah adalah pura yang terdiri dari 3 halaman yaitu Nistha Mandala (jaba sisi), Madya Mandala (jaba tengah), dan Utama Mandala (jeroan). (Pedoman Pembangunan Tempat Ibadah;9;2009)
Pura Dalam Karang Jangkong memiliki makna dan arti filosofi, dimana di Pura Dalam Karang Jangkong terdapat Pura Rajapati dan hal-hal unik pun juga terdapat di Pura Dalam Karang Jangkong. Pura Dalam berfungsi sebagai penyungsung Bethara Siwa atau sebagai pelebur.

   1.2 Tujuan
   Menambah pengetahuan pembaca tentang betapa banyaknya keunikan dan keanekaragaman tempat ibadah yang kita miliki sebagai umat Hindu khususnya di pulau Lombok. Dan di harapkan dapat menambah pengetahuan pembaca agar lebih banyak mengetahui sejarah dan lokasi pura yang tersebar di pulau Lombok ini dengan tujuan dapat bersama-sama menjaga dan melestarikan pura yang merupakan warisan dari para sesepuh kita terdahulu.













BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Pura Dalam Karang Jangkong
   Sejarah berdiri Pura Dalam Karang Jangkong pertama kali di Lombok tetapi tidak diketahui persis tahun berdirinya,  tapi menurut Jero Mangku I Nengah Wenten Pura Dalam Karang Jangkong ada sejak datangnya umat Hindu ke Mataram sekitar abad ke- 18.
   Pada masa pulau Lombok diperintah oleh para Raja- raja. Raja Mataram di tahun 1842 menaklukan Kerajaan Pagesangan. Setahun kemudian tahun 1843 manaklukan kerajaan kahuripan. Kemudian ibukota Kerajaan dipindahkan ke Cakranegara dengan ukiran Kawi pada nama Istana Raja. Raja Mataram (Lombok) selain terkenal kaya raya juga adalah raja yang terkenal ahli tata ruang kota, raja juga melaksanakan sensus penduduk kerajaan denagn meminta semua penduduknya mengumpulkan jarum. Penduduk laki-laki dan perempuan akan diketahui lewat ikatan warna tali pada jarum-jarum yang diserahkan. Setelah Raja Mataram jatuh oleh pemerintahan Hindia Belanda yang harus diserahkan atau di bayar mahal oleh tewasnya Jend. P.P.H. van Ham.

            2.2 Pengurus Pura Dalem Karang Jangkong
   Saat ini Pura Dalem Karang Jangkong di kelola oleh umat hindu di kota mataram pada umumnya dan di kelola oleh 23 lingkungan / banjar yang berada di daerah lingkungan pajang hingga cakranegara pada khususnya. Adapun pengurus inti yaitu ketua krama Pura Dalem Karang Jangkong saat ini adalah I Gusti lanang Brata Suta yang bertempat tinggal di karang sidemen, sekretaris bernama I Wayan Artika yang bertempat tinggal di karang sampalan dan bendahara bernama I Gede Warga yang bertempat tinggal di jeruk manis cakra negara. Pura Dalem Karang Jangkong memiliki 2 pemangku yang sering bertugas bergantian membantu umat hindu dalam pelaksanaan persembahyangan dan beberapa kegiatan yadnya di pura tersebut.

2.3 Fungsi Pura Dalam Karang Jangkong
Pura Dalam Karang Jangkong berfungsi sebagai penyungsung Bathara Siwa yang bertugas sebagi Pelebur sekaligus tempat pemujaan dan tempat dalam pelaksanaan upacara yajna terutama pada saat kegiatan Pitra Yajna.

2.4 Konsep Ketuhanan
Pura dalam karang jangkong memiliki konsep ketuhanan sivaisme karna sebagai tempat pemujaan bhatara Siva dan Saktinya Dewi Dhurga yang di dalam konsep Tri Sakti yaitu sebagai Pemralina. Adapun beberapa plinggih di Pura Dalem Karang Jangkong terdapat 7 pelinggih yang diantaranya adalah:
1.    Gedong merupakan beristananya Bhatara Durga yang berfungsi sebagai penerima orang yang meninggal atau tempat peleburan. Didepan pura gedong terdapat 2 penjaga yang disebut dengan sang suratme yang merupakan patung yang mewastra kuning yaitu bertugas sebagai mencatat semua perbuatan manusia, sedangkan jogor manik patung yang menggunakan wastra hitam bertugas sebagai penerima laporan dari sang suratme.
2.    Pelinggih Bhatari Ayu Melanting sebagai tempat ngelungsur rejeki.
3.    Pelinggih Bhatara Bagus Alit atau Bhatara Bagus Balian sebagai tempat ngelungsur obat orang yang sakit.
4.    Pelinggih Bhatara Wisnu yang berfungsi sebagai tempat ngelungsur Tirtha.
5.    Pelinggih Bhatara Gde Ngerurah yang berfungsi sebagai juru arah (sebagai penyampaian pesan), sebagai tempat ngeteg bayu atau orang yang lemah.
6.    Pelinggih yang terdapat di bale bebantenan sering disebut dengan tirtha bale pegat yang berfungsi sebagai ngelungsur pelukatan.
7.    Prajapati terdiri dari:
·      Brahman (merah) atau saksinya Dewa Siwa dan sebagai pencipta alam semesta.
·      Wisnu (hitam) saksinya Dewa Siwa sebagai pemelihara.
·      Iswara (putih) saksinya Dewa Siwa sebagai pelebur dan mengembalikan keasal segala ciptaan.
·      Siwa ( kuning) sebagai Mahadewa.

2.5 Rangkaian Upacara Dan Upakara
A.  Upacara
Setiap pura mempunyai upacara khusus yang disebut pujawali atau piodalan yamg pelaksanaanya setiap satu tahun sekali. Besar kecilnya pujawali menentukan besar kecilnya upakara. Menurut tradisi upacara pujawali Pura Dalam Krang Jangkong jatuh pada tilem  sasih kedase.Pujawali di Pura Dalam Karang Jangkong berlangsung selama 3 hari, dengan rangkaian upacara sebagai berikut:
·         Hari pertama ngadengang yaitu melakukan penyucian yang di pimpin oleh Pedande Gde Oka Darma.
·         Upacara pujawali. Makna upacara pujawali adalah sebagai ungkapan umat hindu bahwa segala yang ada ini adalah ciptaan, milik, dan dibawah kuasa tuhan, disamping itu sekaligus juga sebagai ungkapan rasa terimakasih umat hindu kepada tuhan. Jadi mempersembahkan kembali kepada tuhan dengan segala manifestasinya setelah segala sesuatu yang sesungguhnya adalah miliknya. Tepat tilem sasih kedasa dilaksanakan upacara pujawali di Pura Dalam Karang Jangkong dimana pelaksanaannya sore hari dilakukan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh dua pedanda yaitu, pedanda budha dan pedanda siwa.
·         Setelah selesai pujawali, keesokan harinya melakukan penyineban atau sering disebut dengan pemblayagan yang dipimpin oleh Pedande.

B.   Upakara
            Adapun upakaranya dalam pujawali tersebut, yaitu sebagai berikut:
Khususnya pada pelaksanaan upacra  di Pura Dalam Karang Jangkong, upakaranya menggunakan banten apejatian/dandanan.




            2.6 Makna Dan Filosofi
            Pura dalam karang jangkong merupakan pura yang tertua dilombok, tetapi tidak diketahui persis tahun berdirinya, menurut Jero Mangku I Nengah Wenten Pura Dalam Karang Jangkong ada sejak datangnya umat Hindu ke Mataram sekitar abad ke- 18. Pandangan Menurut tokoh agama I Nyoman Artha Kusuma makna dan filosofi Pura Dalam, Rajapati, dan Setra yaitu bhuana agung atau dialam ini diartikan satu kesatuan atau bagian yang tidak dapat dipisahkan, karena sesungguhnya Pura Dalam, Rajapati dan Setra itu terdapat pada diri manusia itu sendiri yaitu pada bagian tubuh manusia yaitu pada lidah. Di sebutkan ujung lidah adalah rajapati dimana kedudukan rajapati itu sendiri sebagai bapak, tengah lidah adalah setra dimana tempat terlepasnya manusia dengan hidup atau tiada, dan pangkal lidah adalah pura dalam dimana kedudukan pura dalam itu sebagai ibu yang melinggih yaitu bhatara Durga. I Nyoman Artha Kusuma memandang posisi rajapati dan pura dalam karang jangkong  itu salah, karena beliau mengatakan posisi yang benar yaitu terdapat di Pura Dalam Karang Medain, karena tempat rajapati, setra dan pura dalam sudah pada posisi yang tepat, berbeda dengan Pura Dalam yang terdapat di Getap Selatan, posisi Pura Dalam lebih rendah dari setra disebut Pura Dalam Ganda Mayu.

            2.7 Hal-Hal Yang Istimewa Di Pura Dalam Karang Jangkong
       Hal-hal yang istimewa di Pura Dalam Karang Jangkong adalah terdapatnya monumen Jend P.P.H. van Ham. Pada 5 juli 1894 ekspedisi Belanda yang dipimpin Jendral  Vetter dan wakilnya Mayor Jendral PPH Van Ham tiba di pelabuhan Ampenan. Dalam ekspedisi inilah terjadi pertempuran pasukan Belanda dengan pasukan Kerajaan Mataram dan menewaskan Mayor Jendral  PPH Van Ham. Jenazah Van Ham sempat di makamkan di dekat makam umat Hindu di Karang Jangkong. Sekitar 1 km dari pusat Kota Mataram. Tempat itu kemudian didirikan monumen peringatan gugurnya Van Ham dan sampai kini sering di kunjungi wisatawan Belanda yang berkunjung di Kota Mataram.




BAB III
PENUTUP
            3.1 Kesimpulan
            Dari apa yang di sampaikan di atas bisa menarik kesimpulan bahwa pada umumnya Pura merupakan tempat suci untuk melaksanakan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa berserta manifestasinya dan pada khususnya berdasarkan makalah ini arti pura terutama pura dalem adalah merupakan tempat pemujaan kepada deva siva dan dewi dhurga sebagai pemralina atau pelebur termasuk tempat pelaksanaan kegiatan yadnya terutama kegiatan pitra yadnya.
            Pura Dalem Karang Jangkong memiliki beberapa perbedaan dengan pura dalam pada khususnya yaitu posisi Plinggih prajapati dan Gedongan pura dalem berada berdekatan yang hampir bisa di katakan berada pada satu halaman dan di dekat pura dalem terdapat monumen makam jendral Blanda yang merupakan bukti Sejarah perjuangan warga Lombok dalam mempertahankan daerahnya dahulu dari penjajah.
            3.2 Saran
            Di harapkan dapat menambah pengetahuan pembaca agar lebih banyak mengetahui sejarah dan lokasi pura yang tersebar di pulau Lombok ini agar dapat bersama-sama menjaga dan melestarikan pura yang merupakan warisan dari para sesepuh kita terdahulu.





3.4 Daftar Informan
1.      NAMA            : JERO MANGKU I NENGAH WENTEN
ALAMAT       : JLN. MEKAR SARI SATU, GEBANG BARU
NO HP            : 081907079424
PEKERJAAN : PEMANGKU

2.      NAMA            : JERO MANGKU I KETUT BUDHA
ALAMAT       : JLN. YUDISTIRA NO 17 KARANG JASI, MATARAM
NO HP            :
PEKERJAAN : PEMANGKU

3.      NAMA            : I NYOMAN ARTHA KUSUMA,S.Ag
ALAMAT       : JLN. ARJUNA, NO 12 KARANG JASI, MATARAM
NO HP            : 081997649314
PEKERJAAN : TOKOH MASYARAKAT

4.      NAMA            : I GEDE MANDIA, SH, M.Ag
ALAMAT       : JLN. RADEN MAS NO 4 LINGKUNGAN GERUNG BUTUN BARAT KELURAHAN MANDALIKA KECAMATAN SANDUBAYA
NO HP            : 087865668999
PEKERJAAN : TOKOH MASYARAKAT


































Daftar Pustaka
·         Direktoral Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama. Pedoman Pembangunan Tempat Ibadah. 2009


TUGAS TATTWA
Pura Dalem Karang Jangkong
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
                            Nama           : Ni Kadek Ayu Meivi Sudarsini
                            Nim              : 121 111 01
                            Jur / smstr   : Pendidikan Agama Hindu/ IIIA

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA
MATARAM
2013






KATA PENGANTAR
Om swastiastu
Om awigenam astu nama siwa budaya
Atas asung kherta wara nugraha ida sang hyang widhi wasa. Bahwasanya saya telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pura Dalem Karang Jangkong di Kecamatan Cakranegara, walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang saya hadapi, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Ida Shang Hyang Widhi Wasa, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Walaupun demikian, sudah barang tentu makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan saya. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak saya harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi.
Harapan saya semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Sebagai ucapan terakhir saya aturkan parama santhi
Om shanti shanti shanti om









BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata pura berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti kota atau benteng yang artinya tempat yang di buat khusus dengan di pagari tembok menandakan kontak dengan kekuatan suci. Pura yang berfungsi sebagai tempast suci untuk pemujaan untuk Sang Hyang Widhi Wasa berserta manifestasinya dan roh suci leluhur. Pura disebut juga kahyangan yaitu replika atau bentuk tiruan dari sthana sejati Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai manifestasinya. Berbagai jenis pura dalam pengertian sebagai tempat suci untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, Dewa Dewi, Bhtara Bhtari dan dapat dikelompokan berdasarkan fungsinya:
1.        Pura yang berfungsi sebagai tempat untuk memuja Sanghyang Widhi, para Dewata.
2.        Pura yang berfungsi sebagai tempat untuk memuja Bhatara yaitu roh suci leluhur.
            Selain pemilihan tempat, maka dalam pembangunan pura juga didasarkan atas falsafah satyam-siwam-sundaram, yaitu kebenaran (Satyam), kesucian (Siwam), dan keasrian atu keindahan (Sundaram). Untuk  tetap tegaknya falsafah Satyam- Siwam- Sundaram ini maka di tugaskanlah seorang atau beberapa orang Pinandita atau Pemangku yang bertugas merawat dan manata upacara yajna di pura itu. (Pedoman Pembangunan Tempat Ibadah;6-8;2009)
            Selain hal di atas, yang perlu di perhatikan dalam pendirian tempat suci adalah struktur pura, dimana yang dimaksud adalah struktur secara fisik bukan struktur secara funfsional. Pembagian halaman pura sangat bervariasi, ada pura yang terdiri dari 1 halaman, 2 halaman, 3 halaman dan 7 halaman. Yang lumrah adalah pura yang terdiri dari 3 halaman yaitu Nistha Mandala (jaba sisi), Madya Mandala (jaba tengah), dan Utama Mandala (jeroan). (Pedoman Pembangunan Tempat Ibadah;9;2009)
Pura Dalam Karang Jangkong memiliki makna dan arti filosofi, dimana di Pura Dalam Karang Jangkong terdapat Pura Rajapati dan hal-hal unik pun juga terdapat di Pura Dalam Karang Jangkong. Pura Dalam berfungsi sebagai penyungsung Bethara Siwa atau sebagai pelebur.

   1.2 Tujuan
   Menambah pengetahuan pembaca tentang betapa banyaknya keunikan dan keanekaragaman tempat ibadah yang kita miliki sebagai umat Hindu khususnya di pulau Lombok. Dan di harapkan dapat menambah pengetahuan pembaca agar lebih banyak mengetahui sejarah dan lokasi pura yang tersebar di pulau Lombok ini dengan tujuan dapat bersama-sama menjaga dan melestarikan pura yang merupakan warisan dari para sesepuh kita terdahulu.













BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Pura Dalam Karang Jangkong
   Sejarah berdiri Pura Dalam Karang Jangkong pertama kali di Lombok tetapi tidak diketahui persis tahun berdirinya,  tapi menurut Jero Mangku I Nengah Wenten Pura Dalam Karang Jangkong ada sejak datangnya umat Hindu ke Mataram sekitar abad ke- 18.
   Pada masa pulau Lombok diperintah oleh para Raja- raja. Raja Mataram di tahun 1842 menaklukan Kerajaan Pagesangan. Setahun kemudian tahun 1843 manaklukan kerajaan kahuripan. Kemudian ibukota Kerajaan dipindahkan ke Cakranegara dengan ukiran Kawi pada nama Istana Raja. Raja Mataram (Lombok) selain terkenal kaya raya juga adalah raja yang terkenal ahli tata ruang kota, raja juga melaksanakan sensus penduduk kerajaan denagn meminta semua penduduknya mengumpulkan jarum. Penduduk laki-laki dan perempuan akan diketahui lewat ikatan warna tali pada jarum-jarum yang diserahkan. Setelah Raja Mataram jatuh oleh pemerintahan Hindia Belanda yang harus diserahkan atau di bayar mahal oleh tewasnya Jend. P.P.H. van Ham.

            2.2 Pengurus Pura Dalem Karang Jangkong
   Saat ini Pura Dalem Karang Jangkong di kelola oleh umat hindu di kota mataram pada umumnya dan di kelola oleh 23 lingkungan / banjar yang berada di daerah lingkungan pajang hingga cakranegara pada khususnya. Adapun pengurus inti yaitu ketua krama Pura Dalem Karang Jangkong saat ini adalah I Gusti lanang Brata Suta yang bertempat tinggal di karang sidemen, sekretaris bernama I Wayan Artika yang bertempat tinggal di karang sampalan dan bendahara bernama I Gede Warga yang bertempat tinggal di jeruk manis cakra negara. Pura Dalem Karang Jangkong memiliki 2 pemangku yang sering bertugas bergantian membantu umat hindu dalam pelaksanaan persembahyangan dan beberapa kegiatan yadnya di pura tersebut.

2.3 Fungsi Pura Dalam Karang Jangkong
Pura Dalam Karang Jangkong berfungsi sebagai penyungsung Bathara Siwa yang bertugas sebagi Pelebur sekaligus tempat pemujaan dan tempat dalam pelaksanaan upacara yajna terutama pada saat kegiatan Pitra Yajna.

2.4 Konsep Ketuhanan
Pura dalam karang jangkong memiliki konsep ketuhanan sivaisme karna sebagai tempat pemujaan bhatara Siva dan Saktinya Dewi Dhurga yang di dalam konsep Tri Sakti yaitu sebagai Pemralina. Adapun beberapa plinggih di Pura Dalem Karang Jangkong terdapat 7 pelinggih yang diantaranya adalah:
1.    Gedong merupakan beristananya Bhatara Durga yang berfungsi sebagai penerima orang yang meninggal atau tempat peleburan. Didepan pura gedong terdapat 2 penjaga yang disebut dengan sang suratme yang merupakan patung yang mewastra kuning yaitu bertugas sebagai mencatat semua perbuatan manusia, sedangkan jogor manik patung yang menggunakan wastra hitam bertugas sebagai penerima laporan dari sang suratme.
2.    Pelinggih Bhatari Ayu Melanting sebagai tempat ngelungsur rejeki.
3.    Pelinggih Bhatara Bagus Alit atau Bhatara Bagus Balian sebagai tempat ngelungsur obat orang yang sakit.
4.    Pelinggih Bhatara Wisnu yang berfungsi sebagai tempat ngelungsur Tirtha.
5.    Pelinggih Bhatara Gde Ngerurah yang berfungsi sebagai juru arah (sebagai penyampaian pesan), sebagai tempat ngeteg bayu atau orang yang lemah.
6.    Pelinggih yang terdapat di bale bebantenan sering disebut dengan tirtha bale pegat yang berfungsi sebagai ngelungsur pelukatan.
7.    Prajapati terdiri dari:
·      Brahman (merah) atau saksinya Dewa Siwa dan sebagai pencipta alam semesta.
·      Wisnu (hitam) saksinya Dewa Siwa sebagai pemelihara.
·      Iswara (putih) saksinya Dewa Siwa sebagai pelebur dan mengembalikan keasal segala ciptaan.
·      Siwa ( kuning) sebagai Mahadewa.

2.5 Rangkaian Upacara Dan Upakara
A.  Upacara
Setiap pura mempunyai upacara khusus yang disebut pujawali atau piodalan yamg pelaksanaanya setiap satu tahun sekali. Besar kecilnya pujawali menentukan besar kecilnya upakara. Menurut tradisi upacara pujawali Pura Dalam Krang Jangkong jatuh pada tilem  sasih kedase.Pujawali di Pura Dalam Karang Jangkong berlangsung selama 3 hari, dengan rangkaian upacara sebagai berikut:
·         Hari pertama ngadengang yaitu melakukan penyucian yang di pimpin oleh Pedande Gde Oka Darma.
·         Upacara pujawali. Makna upacara pujawali adalah sebagai ungkapan umat hindu bahwa segala yang ada ini adalah ciptaan, milik, dan dibawah kuasa tuhan, disamping itu sekaligus juga sebagai ungkapan rasa terimakasih umat hindu kepada tuhan. Jadi mempersembahkan kembali kepada tuhan dengan segala manifestasinya setelah segala sesuatu yang sesungguhnya adalah miliknya. Tepat tilem sasih kedasa dilaksanakan upacara pujawali di Pura Dalam Karang Jangkong dimana pelaksanaannya sore hari dilakukan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh dua pedanda yaitu, pedanda budha dan pedanda siwa.
·         Setelah selesai pujawali, keesokan harinya melakukan penyineban atau sering disebut dengan pemblayagan yang dipimpin oleh Pedande.

B.   Upakara
            Adapun upakaranya dalam pujawali tersebut, yaitu sebagai berikut:
Khususnya pada pelaksanaan upacra  di Pura Dalam Karang Jangkong, upakaranya menggunakan banten apejatian/dandanan.



            2.6 Makna Dan Filosofi
            Pura dalam karang jangkong merupakan pura yang tertua dilombok, tetapi tidak diketahui persis tahun berdirinya, menurut Jero Mangku I Nengah Wenten Pura Dalam Karang Jangkong ada sejak datangnya umat Hindu ke Mataram sekitar abad ke- 18. Pandangan Menurut tokoh agama I Nyoman Artha Kusuma makna dan filosofi Pura Dalam, Rajapati, dan Setra yaitu bhuana agung atau dialam ini diartikan satu kesatuan atau bagian yang tidak dapat dipisahkan, karena sesungguhnya Pura Dalam, Rajapati dan Setra itu terdapat pada diri manusia itu sendiri yaitu pada bagian tubuh manusia yaitu pada lidah. Di sebutkan ujung lidah adalah rajapati dimana kedudukan rajapati itu sendiri sebagai bapak, tengah lidah adalah setra dimana tempat terlepasnya manusia dengan hidup atau tiada, dan pangkal lidah adalah pura dalam dimana kedudukan pura dalam itu sebagai ibu yang melinggih yaitu bhatara Durga. I Nyoman Artha Kusuma memandang posisi rajapati dan pura dalam karang jangkong  itu salah, karena beliau mengatakan posisi yang benar yaitu terdapat di Pura Dalam Karang Medain, karena tempat rajapati, setra dan pura dalam sudah pada posisi yang tepat, berbeda dengan Pura Dalam yang terdapat di Getap Selatan, posisi Pura Dalam lebih rendah dari setra disebut Pura Dalam Ganda Mayu.

            2.7 Hal-Hal Yang Istimewa Di Pura Dalam Karang Jangkong
       Hal-hal yang istimewa di Pura Dalam Karang Jangkong adalah terdapatnya monumen Jend P.P.H. van Ham. Pada 5 juli 1894 ekspedisi Belanda yang dipimpin Jendral  Vetter dan wakilnya Mayor Jendral PPH Van Ham tiba di pelabuhan Ampenan. Dalam ekspedisi inilah terjadi pertempuran pasukan Belanda dengan pasukan Kerajaan Mataram dan menewaskan Mayor Jendral  PPH Van Ham. Jenazah Van Ham sempat di makamkan di dekat makam umat Hindu di Karang Jangkong. Sekitar 1 km dari pusat Kota Mataram. Tempat itu kemudian didirikan monumen peringatan gugurnya Van Ham dan sampai kini sering di kunjungi wisatawan Belanda yang berkunjung di Kota Mataram.



BAB III
PENUTUP
            3.1 Kesimpulan
            Dari apa yang di sampaikan di atas bisa menarik kesimpulan bahwa pada umumnya Pura merupakan tempat suci untuk melaksanakan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa berserta manifestasinya dan pada khususnya berdasarkan makalah ini arti pura terutama pura dalem adalah merupakan tempat pemujaan kepada deva siva dan dewi dhurga sebagai pemralina atau pelebur termasuk tempat pelaksanaan kegiatan yadnya terutama kegiatan pitra yadnya.
            Pura Dalem Karang Jangkong memiliki beberapa perbedaan dengan pura dalam pada khususnya yaitu posisi Plinggih prajapati dan Gedongan pura dalem berada berdekatan yang hampir bisa di katakan berada pada satu halaman dan di dekat pura dalem terdapat monumen makam jendral Blanda yang merupakan bukti Sejarah perjuangan warga Lombok dalam mempertahankan daerahnya dahulu dari penjajah.
            3.2 Saran
            Di harapkan dapat menambah pengetahuan pembaca agar lebih banyak mengetahui sejarah dan lokasi pura yang tersebar di pulau Lombok ini agar dapat bersama-sama menjaga dan melestarikan pura yang merupakan warisan dari para sesepuh kita terdahulu.





3.4 Daftar Informan
1.      NAMA            : JERO MANGKU I NENGAH WENTEN
ALAMAT       : JLN. MEKAR SARI SATU, GEBANG BARU
NO HP            : 081907079424
PEKERJAAN : PEMANGKU

2.      NAMA            : JERO MANGKU I KETUT BUDHA
ALAMAT       : JLN. YUDISTIRA NO 17 KARANG JASI, MATARAM
NO HP            :
PEKERJAAN : PEMANGKU

3.      NAMA            : I NYOMAN ARTHA KUSUMA,S.Ag
ALAMAT       : JLN. ARJUNA, NO 12 KARANG JASI, MATARAM
NO HP            : 081997649314
PEKERJAAN : TOKOH MASYARAKAT

4.      NAMA            : I GEDE MANDIA, SH, M.Ag
ALAMAT       : JLN. RADEN MAS NO 4 LINGKUNGAN GERUNG BUTUN BARAT KELURAHAN MANDALIKA KECAMATAN SANDUBAYA
NO HP            : 087865668999
PEKERJAAN : TOKOH MASYARAKAT


































Daftar Pustaka
·         Direktoral Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama. Pedoman Pembangunan Tempat Ibadah. 2009